Bacacerita paling hot dewasa novel online: temukan daftar cerita paling hot dewasa cerita di Goodnovel, dengan banyak koleksi novel web populer dan buku.
Suatu hari di suatu Pesantren tepatnya di ruang kepala Pesantren tampak seorang pria berumur 45 tahun sedang merenung, entah apa yang sedang dia pikirkan. Wajahnya tampak gelisah, dengan raut muka serius duduk di belakang meja kerjanya yang nyaman. Namanya Ustad Risman Kusbiantoro, berkulit sawo matang berperawakan tinggi dengan perut yang agak buncit. Sudah dua tahun Ustad Risman menjadi kepala Pesantren tersebut. Namun entah mengapa baru hari ini dia mulai berpikir mesum."Mungkin ini gara-gara film porno yang aku tonton tadi malam", begitulah pagi tadi Ustad Risman tidak hentinya berpikiran jorok ketika bertemu dengan para Ustadzah-ustadzah di Pesantren tersebut."Aku rasanya ingin sekali mencicipi tubuh-tubuh sexy mereka" kata-kata itu selalu muncul ketika Ustad Risman bertemu dengan para ustadzah di Pesantren itu yang rata-rata masih suatu saat dia mulai tersenyum, terbersit dalam pikirannya bagaimana cara untuk bisa menikmati para guru tersebut. Dia mulai berpikir jika kekuasaan yang dia miliki di Pesantren itu bisa dia jadikan senjata untuk mengajak para Ustadzah di Pesantren tersebut naik istirahat Pesantren. telah tiba dengan ditandai bunyi nyaring bel tanda istirahat. Murid-murid berhamburan menuju kantin Pesantren. , begitupun para guru mulai berkumpul di ruangan kantor guru. Begitupun tak ketinggalan dengan Ustadzah, seorang guru honorer mata pelajaran bahasa inggris di Pesantren. itu, berusia 28 tahun, berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dengan rambut sebahu yang biasanya disanggul kalau sedang mengajar, tak ketinggalan kacamata yang menambah anggun wajahnya. Hari itu Ustadzah Ernita tengah berbincang dengan sesama rekannya di kantor guru. Ada Ustad Hamdan dari bagian kurikulum dan juga Ustadzah Astri yang mengajar mata pelajaran Bahasa Arab. Ketika sedang asik berbincang-bincang datanglah Mang Yono yang merupakan penjaga Pesantren. di Pesantren. tersebut."Maaf ganggu nih, Ustadzah Ernita dipanggil sama Ustad Risman katanya bu" Mang Yono langsung memotong pembicaraan mereka."Wah ada apa ya mang? Tumben nih Ustad Risman panggil saya" sahut Ustadzah Ernita dengan senyuman manisnya."Waduh bu,saya juga kurang tau" jawab Mang Yono sambil garuk-garuk kepala cengengesan namun matanya tanpa disadari guru-guru yang ada disitu tengah melirik gumpalan payudara Ustadzah Ernita yang walaupun tertutup baju seragam mengajarnya tetap terlihat membusung menggemaskan."Hmmm...baik Mang saya sebentar lagi ke sana" sahut Ustadzah Ernita sambil kemudian berpamitan kepada Ustadzah Astri dan Pak Hamdan."Tok...tok...tok.." Pintu ruangan Kepala Pesantrenitu diketuk dari luar, sesaat kemudian masuklah seorang wanita cantik berseragam baju kurung abu-abu dan jilbab yang menutup rambut dengan kacamata yang menghiasi wajahnya."Oh...Ustadzah, mari silakan duduk bu" suara berat menyambutnya."Bapak panggil saya ada keperluan apa ya?" sahut Ustadzah Ernita sambil duduk di depan meja Kepala Pesantrentersebut."Eh anu bu ada hal penting yang harus saya sampaikan sama ibu dan rekan-rekan lainnya, nanti akan saya panggil satu persatu" kata Ustad Risman dengan nada bicara dibuat seberwibawa mungkin."Oh...hal penting apa pak?" Ustadzah Ernita tampak Risman mulai menjelaskan tentang hal yang harus dia sampaikan kepada para guru khususnya para guru honorer di Pesantren. tersebut. Menurutnya pihak yayasan sudah memberikan keputusan jika di Pesantren. tersebut harus mulai berhemat dalam segi pengeluaran, yang berimbas terhadap pengurangan staff pengajar."Jadi artinya saya diberhentikan pa"? Ustadzah Ernita mulai bertanya."Bisa ya bisa juga tidak" jawab Ustad Risman tenang."Jadi bagaimana Pa?" Ustadzah Ernita mulai penasaran."Saya akan menyeleksi para guru disini bu, karena saya diberi wewenang dalam mengambil keputusan itu" jawab Ustad Risman dengan Ustad Risman mulai menjelaskan secara mendetail tahapan-tahapan seleksi tersebut, bagaimana cara penilainnya dan sebagainya. Ustadzah Ernita tampak serius mendengarkan penjelasan dari Ustad Risman, hingga suatu saat Ustadzah Ernita mulai penasaran dengan apa yang dikatakan Kepala Pesantrentersebut"Tapi jika ibu tak keberatan saya punya cara lain agar ibu bisa lolos seleksi dan tetap mengajar di Pesantren. ini" itulah kata-kata terakhir dari penjelasan Ustad Risman yang panjang penasaran dan wajah bersinar Ustadzah Ernita pun bertanya, "apa itu pa?"."Ibu harus mau tidur dengan saya" jawab Ustad Risman dengan tenang dan senyum petir di siang bolong Ustadzah Ernita mendengar kata-kata itu, ia tak menyangka jika orang yang selama ini ia anggap sangat terhormat bisa berkata semenjijikan itu."Jangan harap itu terjadi Risman" ucap guru bahasa inggris tersebut dengan nada tinggi dan amarah yang menggebu. "Ternyata anda sangat menjijikan" amarah Ustadzah Ernita ditanggapi dengan sangat tenang oleh Ustad Risman, ia telah mengantisipasi jika hal itu akan terjadi."Hmmm...baik kalau itu mau Ustadzah, saya tidak apa-apa jika ibu menolak" ungkapnya dengan sambil beranjak dari tempat duduknya dia memaparkan semua kemungkinan yang akan terjadi jika ajakannya itu mendapat penolakan."Saya tidak apa-apa bu, silahkan ibu mengikuti seleksi akan tetapi saya pastikan kalau ibu akan jadi orang pertama yang saya nyatakan gagal" ungkapnya dengan senyum memuakan. "Silahkan ibu pikirkan kembali". Ustadzah Ernita tampak merenung, pikirannya kacau balau. Ia mulai memikirkan masa depannya, bagaimana keluarganya, anak semata wayangnya yang baru berusia empat tahun, dan suaminya yang saat ini tengah menganggur akibat terkena PHK dari tempatnya bekerja."Siapa yang akan menafkahi keluargaku?" Ustadzah Ernita seketika buyar ketika mendengar bel tanda masuk berbunyi. Tanpa ia sadari sudah 1 jam ia berada di ruangan Kepala Pesantrenmesum ini."Bagaimana Ustadzah? Mau terima tawaran saya atau anda akan mengikuti seleksi yang sia-sia itu?" Tanya Ustad Risman dengan senyum yang menjijikan. "Silahkan ibu kembali mengajar, saya tunggu sepulang Pesantren. disini ya bu" ujarnya dengan masih mengembangkan senyum tak berkata apapun Ustadzah Ernita meninggalkan ruangan Kepala Pesantren tersebut, langkahnya lemah tak bergairah. Beberapa murid dan sesama guru yang menyapanya ia jawab seadanya dan dengan senyum yang dipaksakan. Sampai pada suatu ketika ia berpapasan dengan Ustadzah Linda , seorang guru honorer mata pelajaran Fiqih yang juga seorang janda muda belum mempunyai anak yang dikenal banyak orang sebagai wanita yang gampang diajak naik ranjang. Dalam pikiran Ustadzah Ernita terbersit jika Ustadzah Linda ini bisa jadi orang yang lolos seleksi Kepala Pesantren mesum itu. Lalu mulai timbul rasa iri di hati Ustadzah."Ini dia sainganku" begitulah kira-kira pikirnya."Eh Ustadzah Erni, katanya tadi Ustad Risman manggil ibu? Ada apa ya? Terus katanya semua guru juga akan dipanggil menghadap, ada apa bu?" Tanya Ustadzah Linda Ustadzah Ernita pun menceritakan hal yang dibicarakan bapak Kepala Pesantren itu tadi akan tetapi iya tidak menceritakan semuanya apalagi tentang ajakan jalan pintas Ustad Risman terhadap dirinya."Wah...Ustadzah Erni bisa jadi sainganku nih" ucap Ustadzah Linda jujur."Ah Ustadzah Lindasaya pamit dulu, anak-anak sudah nunggu pelajaran saya di kelas" jawab Ustadzah Ernita tak menanggapi ucapan Ustadzah Linda sambil beranjak menuju ke tak terasa berlalu, bel tanda jam pelajaran terakhirpun sudah berbunyi. Para murid berhamburan meninggalkan Pesantren. tersebut, begitu pula para guru. Di ruang guru hanya tersisa beberapa orang guru saja yang sekarang tengah bersiap pulang tak terkecuali Ustadzah."Ustadzah Erni yuk pulang bareng, kebetulan suami saya jemput bawa mobil" ajak Ustadzah Indahseorang guru cantik yang baru saja menikah. "Oh..engga..eh silahkan bu duluan saya masih ada kerjaan ngoreksi hasil ulangan anak-anak" jawab Ustadzah Ernita tergagap karena pikirannya sedang menerawang."Kalau gitu saya duluan ya bu" ungkap Ustadzah Indah yang dibalas dengan anggukan dan senyum manis Ustadzah."Ustadzah Erni yuk pulang bareng, kebetulan suami saya jemput bawa mobil" ajak Ustadzah Indah seorang guru cantik yang baru saja menikah. "Oh..engga..eh silahkan bu duluan saya masih ada kerjaan ngoreksi hasil ulangan anak-anak" jawab Ustadzah Ernita tergagap karena pikirannya sedang menerawang."Kalau gitu saya duluan ya bu" ungkap Ustadzah Indah yang dibalas dengan anggukan dan senyum manis Ustadzah. Ustadzah Ernita mengambil ponselnya dan memberi tahu suaminya di rumah jika ia kemungkinan pulang agak sore dikarenakan ada rapat dengan staff guru di Pesantren. , dan tentu saja itu berbohong. Ia keluar dari ruang guru, namun ia berbelok ke ruang Kepala Pesantrensetelah melihat-lihat kanan kiri dan memastikan tidak ada yang melihatnya ia mulai mengetuk pintu ruang Kepala Pesantrentersebut."Masuk Ustadzah" suara dari dalam menjawab ketukan di pintu ruangan tersebut seakan-akan yang di dalam tahu kalau yang datang itu dirinya."Hmmm...Ustadzah,mari bu sini dan kunci pintunya" ucap Ustad Risman yang melihat Ustadzah Ernita masuk kerbau yang dicucuk hidungnya Ustadzah Ernita menurut mengunci pintu dan menghampiri Ustad Risman yang tengah duduk di sofa ruangan Kepala Pesantrentersebut sambil menikmati sebatang rokok. Hatinya menjerit lirih, hari ini ia akan menghianati suaminya dan menyerahkan kehormatannya."Maafkan mamah pah" begitulah kata hatinya ketika mengingat suaminya."Oh bukan disitu bu duduknya,tapi disini" ungkap Ustad Risman sambil menepuk-nepuk pahanya ketika melihat Ustadzah Ernita hendak duduk di gontai Ustadzah Ernita melangkah mendekati Ustad Risman dan mendaratkan pantatnya yang semok itu menyamping di pangkuan Ustad Risman."Sudah lama saya menginginkan ini Ustadzah, ibu terlihat sangat sexy dan menggairahkan" ucap Kepala Pesantrentersebut sambil merangkulkan tangan kirinya di pinggang Ustadzah Ernita dan mengelus bongkahan pantatnya yang ketinggalan tangan kanannya mengelus pipi Ustadzah Ernita dan mengusap air matanya lalu berakhir di daun telinga, jari gemuknya mengelus leher jenjang dibalik Jilbab yang menggiurkan."Tak usah menangis bu, nikmati saja" ucap Ustad Risman sambil kembali mengusap air mata suara bergetar Ustadzah Ernita akhirnya angkat bicara "sudahlah pak jangan merayu, kita mulai saja agar semuanya cepat selesai dan bapa puas".Ustad Risman menyeringai penuh kemenangan, lalu dengan tangan kirinya dia mendorong kepala Ustadzah Ernita ke arahnya dan mulai mencium bibir ranum dan tipis wanita itu. Tangannya mulai menjamah semua bagian tubuh Ustadzah. Tanpa disadari Ustadzah Ernita gairahnya mulai merangkak naik seiring dengan usapan dan jamahan tangan Ustad Risman di mulai berubah menjadi pagutan. Air mata Ustadzah Ernita mereda, sekarang ia mulai melayani pagutan-pagutan ganas Ustad Risman. Bunyi kecipak air liur mulai terdengar bahkan sayup-sayup mulai terdengar desahan Ustadzah Ernita ketika Ustad Risman meremas payudarnya dengan kasar dari balik seragam."Ohhhh..ahhh...yaaahhh" desahan Ustadzah Ernita mulai Ustad Risman sangat piawai memancing gairah perempuan, terlihat dari gerakan Ustadzah Ernita yang tadi tampak terpaksa justru sekarang berbalik menjadi memaksa Ustad Risman untuk bercumbu dengannya. Tanpa sadar jari-jari lentik Ustadzah Ernita mulai mempereteli kancing baju Ustad Risman. Ia sangat bergairah dan ingin segera mengeluarkan hasrat yang paling liar dari dalam dirinya yang selama ini dikenal sebagai sosok pengajar yang alim. Air liur keduanya bercampur bahkan tampak meleleh di dagu keduanya."Oh Ustadzah...kau sangat bergairah sekali" ucap Ustad Risman di sela-sela pagutannya."Jangan banyak omong pak, mari kita selesaikan" jawab Ustadzah Ernita itu berlanjut. Ustad Risman kini sudah bertelanjang dada. Perut buncit dan dadanya yang berbulu itu kini sedang dijilati Ustadzah Ernita dengan buas. Tak ketinggalan tangan kanan Ustad Risman kini tengah memainkan vagina Ustadzah Ernita dari balik celana panjang abu-abu yang senada dengan bajunya. Tangan Ustadzah Ernita tanpa sadar membuka kancing baju kurungnya, tak ketinggalan juga ia membuka BH-nya. Seakan mimpi Ustad Risman memelototi payudara ranum berputing coklat indah yang meloncat di hadapannya. Ustadzah Ernita melepaskan pagutannya, lalu kedua tangannya meraih kedua payudara ranum itu dan meremasnya, pandangan sayu dan senyum menggoda mengembang, dengan kerlingan mata binal ia melirik Ustad Risman dan dengan desahan lirih ia mulai berkata menggoda"ko diliatin terus pak? Inikan jalan pintas buat saya agar tidak bapak pecat? Ayo nikmati Ustad Risman yang terhormat" seru Ustadzah Ernita sambil tidak hentinya meremas payudara tangan bergetar Ustad Risman menggerakan tangannya menggapai payudara Ustadzah Ernita yang tadinya sangat terpaksa justru sekarang tampak binal. Ia seperti merasa ini mimpi. Awalnya ia berpikir kalau Ustadzah Ernita akan susah untuk ditaklukan. Kini Ustad Risman tengah asik menyusu di payudara Ustadzah Ernita yang sedang mendesah seperti orang kepedesan menikmati lumatan dan sedotan mulut Ustad Risman di payudaranya. Keduanya mulai tak sabar. Ustad Risman menurunkan Ustadzah Ernita dari pangkuannya dan dengan terburu menelanjangi dirinya sendiri. Begitupun Ustadzah Ernita yang membuka baju kurung dan kaus kaki hitamnya sedangkan Jilbabnya masih tetap dipakai , dengan gaya yang menggoda diasertai wajah alim sambil duduk di atas sofa ruangan Kepala Pesantrentersebut yang walaupun ber-AC tapi kini malah terasa sangat panas bagi mereka berdua. Ustadzah Ernita tampak kaget sekaligus kagum ketika Ustad Risman sang Kepala Pesantrenmesum berdiri di hadapannya sambil mengocok pelan kemaluannya."Hmmm...ah besar sekali pak" ucap Ustadzah Ernita sambil menggerakan tangannya menggapai kemaluan Ustad Risman lalu mengocoknya dengan pikiran Ustadzah Ernita ia sangat mengagumi kemaluan kepala Pesantrenya yang besar dan panjang, bahkan telapak tangannya pun tak mampu untuk menggenggamnya,"ini sangat berbeda dengan kontol suamiku, ini sangan panjang, besar, hitam dan berotot. Yah...inilah kontol yang selama ini aku inginkan mengobok-obok memekku" itulah pikir Ustadzah."Ustadzah,maukah ibu nyepong kontol saya?" Pertanyaan Ustad Risman mengagetkan lamunan Ustadzah Ernita lalu ia mengangguk dan tersenyum menggoda. Ustadzah Ernita menyuruh Ustad Risman duduk di sofa dan menaikan kakinya mengangkang. Lalu ia turun dan berlutut di depan Ustad Risman yang tengah mengangkang di atas sofa. dengan masih menggunakan Jilbab Ustadzah Ernita mulai memperlihatkan kehebatannya memuaskan kaum pria. Ia jilat semua bagian kemaluan Ustad Risman mualai dari biji pelir hingga ujungnya dan diakhiri dengan kuluman dan sedotan yang dahsyat. Beberapa menit berselang Ustad Risman menyudahi Ustadzah Ernita yang tengah asik melumat kemaluannya, ia sangat terangsang melihat wajah alim berjilbab mengisap kontolnya. Ia suruh Ustadzah Ernita naik ke atas sofa dengan kepala dan tangan ada di sandaran sofa tersebut dan tubuh menungging menunjukan lubang kemaluan yang berbulu tipis dan lubang anus yang coklat mengerucut menggoda menawarkan berjuta disangka wajah ayu guru Bahasa Inggris itu menoleh dan tersenyum ke arah Ustad Risman yang tengah mengagumi semoknya tubuh telanjangnya."Pak, ko saya jadi kaya pelacur?" Ucap Ustadzah Ernita dengan senyum dan desah menggoda."Kamu memang pelacur Ustadzah Ernita. Pelacur buat saya" ungkap Ustad Risman sambil membenamkan wajahnya di pantat semok Ustadzah buas Ustad Risman menjilati dan menyedot lubang vagina Ustadzah Ernita, bahkan sesekali ia juga menjilat lubang anusnya. Diperlakukan seperti itu Ustadzah Ernita sangat senang hatinya malah berbunga dikatakan sebagai pelacur, bahkan ketika jari telunjuk tangan kanan Ustad Risman menerobos lubang anusnya sambil menyedot lubang vaginanya ia malah mendapatkan orgasme yang hebat sehingga air kenikmatannya menyembur membasahi wajah Kepala Pesantrentersebut."Ahhhh...ahhh...nikmat sekali pak..hmmm..." Desah Ustadzah Ernita ketika orgasmenya lemas Ustadzah Ernita membalikan badannya dan duduk menyender di sofa, begitupun dengan Ustad Risman. Mereka duduk berpelukan mengistirahatkan sejenak tubuh mereka. Sambil istirahat tak henti-hentinya Ustadzah Ernita mengelap wajah Ustad Risman yang semakin jelek karena terkena semburan air kenikmatan miliknya, dan sesekali menciumi laki-laki mesum tersebut."Wah kayanya Ustadzah Ernita berbakat jadi pelacur,gimana kalau saya jadi germonya" terang Ustad Risman dengan cengengesan. Tapi bukannya marah dengan perkataan tersebut Ustadzah Ernita malah menanggapinya dengan santai dan nampak senang."Aaa..bapak"," tapi kalau saya jadi pelacur masih boleh kan saya ngajar di Pesantren. ini pak, siapa tau sambil ngajar saya bisa sambil melacur buat murid,guru dan staff di Pesantren. ini...kan lumayan"."Waduh Ustadzah Ernita ini jadi seneng ya kalau banyak yang ngentot" tanya lagi Ustad Risman sambil tangannya tak berhenti meremas payudara Ustadzah Ernita."Sssst...udah ah pa, denger entot-entotan rame-rame saya jadi pengen ni" jawab Ustadzah Ernita dengan kerling beberapa menit merekapun kembali berpagutan panas, dan tak lama kemudian Ustad Risman mengatur posisi Ustadzah Ernita di atas sofa. Ia kembali ditunggingkan. Sementara Ustad Risman telah siap dibelakang Ustadzah Ernita dengan kemaluan tegak mengacung di depan lubang vagina Ustadzah Ernita yang menungging menantang."Bu saya tusuk sekarang ya" sambil berkata demikian Ustad Risman mendorong kemaluannya memasuki vagina legit Ustadzah Ustadzah Ernita memejamkan mata dan membuka mulutnya membentuk huruf O merasakan mili demi mili kontol panjang, hitam, besar,dan berurat milik Ustad Risman memasuki vaginanya. Setelah ujung kemaluan Ustad Risman terbenam semua di dalam vagina Ustadzah Ernita, ia mendiamkannya sesaat untuk meresapi pijatan dan kehangatan vagina guru bahasa Inggris tersebut. Setelah dirasa cukup, Ustad Risman mulai menggerakan pinggulnya secara detik berlalu penuh kenikmatan. Ustad Risman terus meningkatkan tempo genjotannya di vagina Ustadzah Ernita yang legit, hangat dan basah. Desahan mulai terus terdengar di ruangan tersebut. Ustadzah Ernita mengimbangi kebrutalan genjotan Ustad Risman dengan goyangan pinggulnya. Selang 5 menit mereka berganti gaya. Kini gantian Ustadzah Ernita berada di atas, dia memamerkan goyangan erotisnya dalam memuaskan Ustad Risman. Sambil meremasi payudaranya ia bergoyang dan selang beberapa menit Ustadzah Ernita mendapatkan orgasmenya kembali di atas tubuh Ustad Risman. Kali ini Ustad Risman tidak mau memberi Ustadzah Ernita kesempatan beristirahat, ia membalikan posisinya dan langsung menghajar vagina Ustadzah Ernita dengan kemaluan besarnya."Aaaahhh...ohhh...ampun..yah..enak...oh" desahan Ustadzah Ernita mulai tak terkendaliOrgasme-orgasme susulan datang bertubi-tubi hingga akhirnya Ustad Risman menggeram sambil memuntahkan lahar kenikmatannya di dalam tubuh guru bahasa Inggris tersebut, tubuh buncitnya ambruk menindih Ustadzah Ernita. Hingga selang beberapa menit ia mencabut kemaluannya tersebut dan berjalan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai ruang Kepala Pesantrentersebut. Setelah keduanya beristirahat sejenak dan berpakaian tak ada satupun yang berbicara hingga Ustadzah Ernita mulai mengeluarkan suara yang terdengar bergetar."Bagaimana, apa bapak puas? Apa saya berhasil melewati seleksi ini pak".Ustad Risman terkekeh menjijikan, lalu memeluk Ustadzah Ernita dan berbisik, "saya sangat puas bu, tapi ibu masih punya lubang satu lagi yang belum saya coba. Sekarang kita pulang bu, suami Ustadzah Ernita sudah nunggu pastinya di rumah, mungkin besok atau lusa saya cicipi lagi ya".Perasaan kesal mulai timbul kembali di hati Ustadzah Ernita, ia merasa dipermainkan oleh Ustad Risman. Akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing dengan membawa perasaan berbeda di kedua hati mereka. Namun tanpa mereka sadari setelah mereka beranjak dari ruangan itu nampak seseorang cengengesan sambil menonton video dalam ponselnya hasil rekamannya sendiriKeesokan harinyaJam menunjukan pukul Di waktu yang masih relatif pagi itu dua insan berlainan jenis sudah mengumbar birahi. Tepatnya di ruang Kepala Pesantrensuatu Pesantren. menengah atas. Ya siapa lagi kalau bukan Ustad Risman si Kepala Pesantrenmesum dan si semok Ustadzah Ernita sang guru bahasa Inggris. Saat itu Ustadzah Ernita tengah menungging di sofa ruang kepala Pesantren. , pakaiannya masih lengkap hanya beberapa kancing baju seragam mengajarnya saja yang terbuka dengan BH tersingkap sehingga menampakan payudara mulusnya bergelantungan ke sana kemari. Rambutnya yang masih dalam keadaan disanggul ke belakang sedikit kusut, beberapa helai nampak telah jatuh di atas dahinya yang telah bercucuran keringat. Rok yang dipakainya telah diangkat menggantung di pinggangnya, sementara celana dalam hitamnya masih menyangkut di lutut wanita itu. Di belakangnya tampak seorang pria buncit berkulit sawo matang berusia 45 tahun tengah menyodok-nyodokan kemaluan besar, hitam dan panjangnya ke lubang nikmat nan legit milik guru bahasa Inggris yang cantik dan seksi tersebut. Kurang lebih sudah 30 menit mereka mengumbar nafsu di ruangan tersebut. Bahkan sudah dua kali Ustadzah Ernita mengalami orgasme oleh kemaluan sang Kepala Pesantren mesum itu. Cairan putih licin dan lengket yang keluar dari vaginanya kini meleleh di paha Ustadzah Ernita. Suara kulit paha membentur pantat kenyal terdengar bersahutan dengan suara desahan dan erangan penuh kenikmatan Ustadzah Ernita. Ini baru hari kedua Ustadzah Ernita digauli Ustad Risman, dimana kemarin siang untuk pertama kalinya dia menyerahkan kehormatan yang selama ini dia jaga dan hanya dia berikan untuk suaminya kepada Ustad Risman dengan diiming-imingi lolos seleksi pengajar di Pesantren. itu yang tentu saja itu hanya akal-akalan Ustad Risman untuk menikmati tubuh sexy, semok dan menggiurkan Ustadzah Ernita. Namun biarpun baru dua kali Ustadzah Ernita digagahi kepala Pesantren. nya tersebut ternyata ia sudah mulai ketagihan dengan ukuran kemaluan Ustad Risman yang jauh lebih panjang, besar dan lebih perkasa dari suaminya. Ia kini tampak pasrah dan menikmati setiap sodokan kemaluan Ustad Risman pada lubang kenikmatannya. Kata-kata kotor dan binal keluar dari mulut ranum dan tipis Ustadzah Ernita disertai senyuman nakal dan kerling mata menggoda lawan jenisnya."Uuuh...yahhh...soddok terushh pak...kontolnya enak" racau Ustadzah Ernita ketika Ustad Risman menggenjotnya dengan kecepatan sedang."Hmmm...Ustadzah Ernita ternyata doyan kontol gede.." Jawab Ustad Risman dengan senyum menjijikannya sambil terus menghujam-hujamkan kemaluan besarnya di lubang legit Ustadzah Ernita."Ohhh...yah pak...ssaya..suka..kontol gede..seperti punya bapak...ooohhh..yaahhh.." Racau Ustadzah Ernita kenikmatan akhirnya mengubah Ustadzah Ernita yang tadinya merupakan seorang istri dan guru yang alim dan terhormat kini malah tampak seperti pelacur binal yang memuja kenikmatan seksual dari lawan jenisnya."Ahhh...kontol enak...aku keluar lagi pak..". Ustadzah Ernita mengerang, bola matanya terbalik, kepala menengadah dengan mulut terbuka ketika kemaluannya berdenyut-denyut menyemburkan cairan orgasme yang ketiga kalinya di pagi itu. Namun tanpa ampun Ustad Risman bukannya menghentikan sejenak genjotannya, akan tetapi ia malah menambah kecepatannya dalam menghentak pantat Ustadzah Ernita yang kini mulai tersungkur dan meringis dikarenakan gesekan pada dinding vaginanya mulai terasa panas."Oh...ampun pak..cepet keluarin pejuhnya oh" racau Ustadzah Ernita sambil Ustad Risman malah semakin beringas melihat Ustadzah Ernita tersiksa dengan genjotannya."Tenang saja bu...masih ada setengah jam lagi kan sebelum jam istirahat?" ucap Ustad Risman sambil menaikan ritme genjotannya dan mencengkram pantat putih mulus nan semok Ustadzah Kepala Pesantren tersebut memang letaknya agak jauh dari ruang-ruang yang lainnya di Pesantren. tersebut sehingga jarang sekali ada orang yang lewat di depannya. Namun hari itu entah merupakan kesialan atau keberuntungan bagi Rizal Ferianto, seorang murid Tingkat 2 Pesantren tersebut. Rizal bermaksud menyerahkan tugas perbaikan kepada Ustadzah Ernita dikarenakan nilainya jeblok pada mata pelajaran Ustadzah Ernita. Setelah mencari di kantor guru dia tidak mendapati Ustadzah Ernita di sana, namun salah satu staff tata usaha di Pesantren. itu mengatakan kalau Ustadzah Ernita tengah menghadap kepala Pesantren. Rizal bergegas menyusul Ustadzah Ernita ke ruang Kepala Pesantren karena dia tak ingin ketinggalan mata pelajaranUstadzah Astri Ustadzah favoritnya. Namun ketika hendak mengetuk ruangan Kepala Pesantren tersebut, sayup-sayup Rizal mendengar suara desahan wanita dari dalam ruangan tersebut dan diikuti geraman seorang pria. Rizal yang penasaran akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Ia kemudian mengintip melalui jendela yang terletak di pinggir ruangan tersebut. Seperti disambar gledek perasaan anak itu kagetnya bukan main melihat adegan yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Guru yang dia cari ternyata tengah berada di atas tubuh buncit kepala Pesantren. nya yang terlentang di sofa ruangan itu dengan mulut dipenuhi kemaluan kepala Pesantren. nya. Vaginanya tengah menduduki wajah Kepala Pesantrenitu yang asik menjilat dan menyedot cairan yang keluar dari dalamnya. Adegan demi adegan ia lihat dari balik jendela itu sambil mengelusi kemaluannya sendiri. Ia tak percaya kalau Ustadzah yang kesehariannya alim tersebut bisa berlaku binal dengan seorang Kepala Pesantren bahkan lebih mirip pelacur ketimbang seorang itu di dalam ruangan Kepala Pesantren tersebut kedua insan yang sedang memacu birahi itu tidak menyadari kalau kegiatannya tersebut tengah ada yang mengintip. Mereka semakin panas melakukan persetubuhan itu, bahkan saat ini Ustadzah Ernita sedang menghentakan pantatnya di pangkuan Ustad Risman dengan posisi membelakanginya. Tampak sekali senyuman senang dari Ustadzah Ernita mendengar Ustad Risman melenguh-lenguh menikmati goyangan pantat semoknya."Ouh...Ustadzah Ernita pintar sekali bergoyang...kontol saya tak ku..at lagih bu" ungkap Ustad Risman ketika kemaluannya akan menyemburkan isinya."Hmmm...baru digoyang memek udah kelojotan pak, gimana kalo di goyang lubang ini" ujar Ustadzah Ernita sambil menunjukan lubang pantatnya di hadapan Ustad Risman dan menusuk-nusukan jari manis tangan kirinya ke lubang pantatnya sendiri."Tahan sebentar lagi saya juga nyampe pak...ouuuhhh" ucap Ustadzah Ernita lagi sambil memperhebat goyangan erotis di atas kemaluan Ustad dalam waktu yang hampir bersamaan keduanya mengalami orgasme yang hebat bertepatan dengan bel tanda istirahat Pesantren. tersebut berbunyi. Setelah beristirahat beberapa menit tampak di ruangan itu Ustadzah Ernita tengah duduk bersimpuh di lantai di hadapan Ustad Risman yang duduk di sofa masih belum mengenakan celana dan mengelus-elus rambut Ustadzah Ernita yang tengah membersihkan kemaluan Kepala Pesantren tersebut dengan bibir dan lidahnya."Kamu hebat Ustadzah Ernita" ungkap Ustad Risman sambil mengelus-ngelus Jilbab Ustadzah Ernita."Terimakasih pak" jawab Ustadzah Ernita singkat sambil tersenyum senang dan melanjutkan tugasnya kembali membersihkan kemaluan Ustad Risman."Sekalian lantainya dibersihkan lantainya" perintah Ustad Risman,rizal pun melotot tak percaya,dia melihat Ustadzah Alim dan dihormati para murid kini merangkak seperti binatang ,dengan jilbabnya Ustadzah Ernita menjilati tumpahan sperma dilantai dengan susu bergoyang-goyang erotik , terlihat memek yang merah dan basah oleh spermaHatinya sangat berbunga-bunga ketika mendapat pujian itu, entah kenapa ia kini malah senang jika dirinya dilecehkan oleh lawan jenisnya, bahkan derlakukan layaknya binatang"Bu nanti kalau di kantor bertemu Ustadzah Astri tolong suruh dia menghadap saya ya" ucap Ustad Risman sambil tersenyum menerawang membayangkan korban berikutnya yang akan dia nikmati."Baik pak, ta..tapi..." ucap Ustadzah Ernita terpotong."Tapi apa bu?" tanya Ustad Risman yang melihat Ustadzah Ernita Ustadzah Ernita memandang mata Kepala Pesantrenmesum itu dan tersenyum genit dengan kerlingan mata binalnya, dan berucap "kalau bapak udah dapet jatah dari Ustadzah Astri ...saya pelacur bapak yang pertama kasih jatah juga ya pak".Mendengar itu gelak tawa menjijikan keluar dari mulut Ustad Risman sambil manggut-manggut dan menepuk-nepuk Kepala Ustadzah Ernita yang tengah tersenyum nakal. Dan diluar ruangan itu rizal pun ikut tersenyum. Search Cerita Dewasa Mamaku Di Hamili Temanku. Belum sempat aku bangun dari tempat duduk, kedua tangan Bryan sudah berada di bawah ketiakku Cerita Dewasa | Aku Diperkosa Teman Temanku Perkenalkan namaku Anggi Nilam Sari panggil saja Anggi umurku msh 19 thn aku duduk di bangku kls 3 SMA dikota Pare-kediri,jawa timur,teman2ku bilang aku ckp seksi dgn ketiak gemuk sprt milik Anis temanku,aku Strategi Bisnis Dengan Keuntungan Yang Maksimal Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari pendapatan berjualan langsung face to face. Salah satu […] Cara Meningkatkan Omzet Penjualan Di 2021 Jika Anda ingin meningkatkan pendapatan setiap bulannya, maka cobalah untuk menarik lebih banyak pelanggan […] Melakukan Persiapan Dengan Benar Untuk Memulai Bisnis. Ada proses yang harus dilalui, mulai dari tidak mengerti sama sekali hingga […] Cara Memulai Bisnis Dari Nol Untuk mewujudkan impian menjadi pengusaha sukses, mereka memulai bisnis dari nol melalui usaha kecil-menengah dengan […] Berikut Ini 7 Judul Film Dewasa 18+ Dibawah ini bisa kalian lihat beberapa kumpulan Alur Cerita film dewasa. akan tetati […] Tayang Di Netflix,Beberapa Judul Film Dewasa Bikin Puas 18+ Berdasarkan knowledge yang dirilis, ada tiga kelompok relawan yang bisa […] Pada saat Nelly bangun setelah sit up, thongnya ketarik ke atas, jadi dari belakang jelas terlihat thong hitamnya diatas celana. […] Cerita Dewasa Terbaru – Masih ingat pengalaman pertamaku dengan pacarku Yati, pada “Kenikmatan Pertama”? Kali ini aku akanmelanjutkan cerita nyata […] Cerita Dewasa Terbaru – Diana baru saja diterima menjadi seoran wartawan di sebuah media cetak yg cukup ternama. Banyak yang […] Cerita Dewasa Terbaru – Selesai mandi aku ke ruang tamu nonton bola, beberapa orang tetanggaku datang ke rumahku seperti biasanya […] 1 … 15 16 17 18 19 … 25 CeritaDewasa Paling Hot Cicipi Meki Anak Pelajar SMP Yang Lagi Sange Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan. Setelah makanan siap, aku memanggil Sinta. Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak slamet, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Slamet pulang ke rumahnya yang memang di desa sekitar subang Pak Slamet sudah bekerja di tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku dari dulu sebenarnya berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku. “Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja” pamitnya. Setelah Pak Slamet meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Slamet memang telaten merawat vila Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu karena aku tidak bisa, hehe.. 20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis-habisan. Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Warjo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku. “Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!” ancamnya Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku. “Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!” katanya sambil matanya menatapi dadaku. “Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!” kataku sewot. Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di subang Mengetahui Pak Slamet sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke dalam villa Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT birahi tinggi. “Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!” tantangku. “Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh” jawabnya seraya melepas baju lusuhnya. Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Budi, tukang air yang pernah main denganku Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya. “Eenghh.. terus Tar.. oohh!” desahku sambil meremasi rambut Warjo yang sedang mengisap payudaraku. Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Warjo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah warjo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku. Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya. “Gua ga tahan lagi jo, sini gua emut yang punya lu” kataku. Si Warjo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut. Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan. “Eemmpp.. emmphh.. nngg..!” aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya. Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Slamet muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini pada ortuku. “Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan” katanya terbata-bata. Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya. “Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!” godaku. Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang. Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya. “Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?” Sambil tangannya terus meremasi payudaraku. Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan. “Wah, Pak Slamet sama majikan sendiri aja malu-malu!” seru si Warjo yang memperhatikan Pak Slamet agak grogi menikmati oral seks-ku. Warjo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Warjo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Slamet makin bersemangat. Rupanya aku telah membuat Pak Slamet ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Warjo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Slamet menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Slamet. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Warjo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan. Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya. “Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?” tanya Pak Slamet lembut. Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, “Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih”. Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Warjo duduk di sebelah kiriku dan Pak Slamet di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok. “Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng” kata Pak Slamet mengambil posisi berlutut di depanku. Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Warjo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku. “Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!” desahku tak tertahankan. Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh. “Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin” ceracaunya. “Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim” kataku dalam hati. Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Slamet memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya. Goyangan kami terhenti sejenak ketika Warjo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Slamet. Warjo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana “Aduuh.. pelan-pelan Jo, sakit tau.. aww!” rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya. Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Warjo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Warjo malah makin buas menggenjotku. Pak Slamet melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut. Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Slamet erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Slamet. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Slamet, dan Warjo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap. Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir. “Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih” disambut gelak tawa kami. Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi. Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus.